Jul 5, 2014

MUHAMMAD DAN MAKKAH

Zainul Maarif
Dosen filsafat, alumni Universitas Al-Azhar, Mesir.

Sebelum Muhammad S.A.W. diutus sebagai nabi dan rasul, Makkah adalah sarang elite-elite biadab. Mereka memperkaya diri tanpa peduli orang lain. Pundi-pundi pribadi dipenuhi, diperbesar, tanpa mengalir kepada liyan. Kemanusiaan adalah hal yang mereka abaikan. Orang lemah diperbudak, bahkan disiksa dan dibunuh, jika melawan.

Ketika Allah S.W.T. mengutus Muhammad S.A.W. menjadi nabi, "revolusi budi pekerti" menjadi pokok utama publikasi. “Innamâ bu’itstu li utammima makârim al-akhlâq”, sabda Nabi. Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak mulia.

Nabi Muhammad S.A.W. tak hanya bicara. Yang dilakukan sesuai dengan yang dikatakan, bahkan tingkah lakunya adalah cerminan dari Alquran (kâna khuluquhu al-qurân). Sejak belum mendapat wahyu, Muhammad sudah dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya (al-amîn). Putra Abdullah itu jujur, sederhana, pekerja keras, dan merakyat. Orang-orang lemah (al-mustadl’afîn) adalah pihak yang senantiasa didekati dan dibela hak-haknya. 

Sedikit demi sedikit pengaruh Nabi Muhammad S.A.W. menguat di kalangan rakyat miskin Makkah. Para elite Makkah pun gerah. Tokoh-tokoh seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan Abu Sufyan mengintimidasi orang-orang kecil yang mengikuti Nabi Muhammad S.A.W., seperti Bilal. Elite kaum Quraisy menyebarkan isu kebohongan Nabi Muhammad S.A.W., padahal mereka sendiri yang pembohong.  

Meski diserang, Nabi Muhammad S.A.W. dan para pengikutnya tetap kukuh pendirian. Mereka mempraktekkan dan mewartakan kebaikan dan kebenaran. Mereka tak membalas fitnah dengan fitnah, karena jika keburukan itu dilakukan, maka mereka akan sama-sama buruk dengan Kaum Quraisy. Tapi mereka tetap “melawan” keburukan yang diperbuat orang-orang buruk itu dengan menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah, secara apa adanya.  

Di Mekkah yang dikuasai elite-elite busuk itu, kebaikan memang tampak terkucil, sementara keburukan dipuja-puja. Yang baik dianggap buruk. Yang buruk dianggap baik. Kebaikan diusung oleh orang jujur dan sederhana, yang didukung oleh rakyat jelata. Sementara keburukan direpresentasikan dan disebarkan oleh para durjana kaya raya yang selama ini menguasai kancah politik dan ekonomi, dan dibela oleh orang-orang yang lupa.


Walau begitu, Nabi Muhammad S.A.W. yang terus konsisten dalam kebaikan dan kebenaran, akhirnya unggul daripada Abu Jahal dkk. Di Fath al-Makkah (pembebasan kota Mekkah), Rasulullah S.A.W. dibantu oleh Allah, seperti tercatat di Alquran surat An-Nashr. Orang-orang berbondong-bondong mengikuti Nabi Muhammad S.A.W.  Lalu, kebaikan menggantikan keburukan di kota Mekkah. []

No comments:

Post a Comment