Jul 24, 2013

Pos-Oksidentalisme: Identitas dan Alteritas Pos-Kolonial


JUDUL                        : Pos-Oksidentalisme: Identitas dan Alteritas Pos-Kolonial
PENULIS                    : Zainul Maarif
PENERBIT                  : Dapur Buku, Jakarta
TAHUN                       : 2013
ISBN                           :  978-602-7749-85-6
KATA KUNCI           : Judul, Filsafat Sosial-Budaya, Orientalisme, Oksidentalisme, Diri/Subjek, Liyan,                                           Hassan Hanafi, Dekonstruksi
KATA PENGANTAR : K.H. Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4)
HARGA                       : Rp. 40.000

SINOPSIS (1):

Secara kultural, bangsa yang pernah dijajah  memiliki persoalan  kompleksitas perumusan identitas dan alteritas. Siapa aku (diri/self/al-ana), siapa liyan (yang lain/other/al-akhar), dan bagaimana relasi diri dan liyan, menjadi pertanyaan besar pos-kolonial. 

Orientalisme pernah mendefinisikan diri dan liyan pos-kolonial. Namun definisinya dianggap bernuansa kolonial, sehingga ditolak. 

Oksidentalisme dimunculkan pihak pos-kolonial untuk menjawab permasalahan di atas. Tapi jawabannnya dinilai tak lebih dari orientalisme terbalik dengan kadar lebih rendah.

Karena itu, buku ini menghadirkan gagasan yang berusaha melampaui orientalisme dan oksidentalisme, bernama Pos-Oksidentalisme. Ia berupaya mendefinisikan diri dan liyan pos-kolonial, yang bernuansa inklusif, kritis dan tentatif, serta berorientasi pada keselarasan dengan multikulturalitas di era global. 

SINOPSIS (2): 

Buku ini, secara umum, membahas kegalauan setiap manusia, yang notabene selalu mencari dan membentuk identitas sambil meraba-raba posisi liyan yang berelasi denganya. Secara khusus dia membahas persoalan masyarakat yang pernah dijajah dalam merumuskan diri dan liyannya. 

Buku ini terdiri dari tiga tulisan yang saling terkait: 
1. Pos-Oksidentalisme: Kritik atas Oksidentalisme Hassan Hanafi (tesis magister filsafat di Universitas Indonesia, 2007),
2. Orientalisme dan Oksidentalisme: Kajian atas Liyan (makalah yang disampaikan di Komunitas Filsafat, Komunitas Salihara, 2010), dan
3. Diri dan Ragam Budaya (makalah yang aslinya berbahasa Inggris yang disampaikan di Baku International Humanitarian Forum, Azerbaijan, 2012)

Tulisan pertama mengkritik Oksidentalisme Hassan Hanafi (filsuf Arab Islam kontemporer) dengan metode dekonstruksi Derridean, sambil mendefinisikan diri dan liyan pos-kolonial. Untuk tulisan yang pertama ini, almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden Republik Indonesia ke-4 memberi kata pengantar 

Tulisan kedua mengkritik Orientalisme dan Oksidentalisme, sampai memberikan perspektif tentang bagaiamana seyogianya memposisikan liyan. 

Tulisan ketiga mendefinisikan diri di hadapan keragaman budaya sambil memperkenalkan konsep diri yang inklusif, kritis dan tentatif (ICT Identity).

Dengan buku ini, diharapkan kegaluan individu dan masyarakat pos-kolonial seperti tersebut di atas dapat diatasi.