Zainul
Maarif
Dosen filsafat, alumni Universitas Al-Azhar,
Mesir.
Sebelum Muhammad S.A.W. diutus sebagai nabi dan rasul, Makkah adalah sarang elite-elite biadab.
Mereka memperkaya diri tanpa peduli orang lain. Pundi-pundi pribadi dipenuhi,
diperbesar, tanpa mengalir kepada liyan. Kemanusiaan adalah hal yang mereka
abaikan. Orang lemah diperbudak, bahkan disiksa dan dibunuh, jika melawan.
Ketika Allah
S.W.T. mengutus Muhammad S.A.W. menjadi nabi, "revolusi budi pekerti" menjadi
pokok utama publikasi. “Innamâ bu’itstu li utammima makârim al-akhlâq”, sabda
Nabi. Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Nabi Muhammad S.A.W.
tak hanya bicara. Yang dilakukan sesuai dengan yang dikatakan, bahkan tingkah
lakunya adalah cerminan dari Alquran (kâna khuluquhu al-qurân). Sejak belum mendapat wahyu, Muhammad
sudah dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya (al-amîn).
Putra Abdullah itu jujur, sederhana, pekerja keras, dan merakyat. Orang-orang lemah (al-mustadl’afîn)
adalah pihak yang senantiasa didekati dan dibela hak-haknya.
Sedikit demi
sedikit pengaruh Nabi Muhammad S.A.W. menguat di kalangan rakyat miskin Makkah. Para elite Makkah
pun gerah. Tokoh-tokoh seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan Abu Sufyan
mengintimidasi orang-orang kecil yang mengikuti Nabi Muhammad S.A.W., seperti
Bilal. Elite kaum Quraisy menyebarkan isu kebohongan Nabi Muhammad S.A.W.,
padahal mereka sendiri yang pembohong.
Meski diserang,
Nabi Muhammad S.A.W. dan para pengikutnya tetap kukuh pendirian. Mereka
mempraktekkan dan mewartakan kebaikan dan kebenaran. Mereka tak membalas fitnah
dengan fitnah, karena jika keburukan itu dilakukan, maka mereka akan sama-sama
buruk dengan Kaum Quraisy. Tapi mereka tetap “melawan” keburukan yang diperbuat
orang-orang buruk itu dengan menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu
salah, secara
apa adanya.
Di Mekkah yang
dikuasai elite-elite busuk itu, kebaikan memang tampak terkucil, sementara
keburukan dipuja-puja. Yang baik
dianggap buruk. Yang buruk dianggap baik. Kebaikan diusung
oleh orang jujur dan sederhana, yang didukung oleh rakyat jelata. Sementara
keburukan direpresentasikan dan
disebarkan oleh para durjana kaya raya yang selama ini
menguasai kancah politik dan ekonomi, dan dibela oleh orang-orang yang lupa.
Walau begitu, Nabi
Muhammad S.A.W. yang terus konsisten dalam kebaikan dan kebenaran, akhirnya
unggul daripada Abu Jahal dkk. Di Fath al-Makkah (pembebasan kota
Mekkah), Rasulullah S.A.W. dibantu oleh Allah, seperti tercatat di Alquran surat
An-Nashr.
Orang-orang berbondong-bondong mengikuti Nabi Muhammad S.A.W. Lalu, kebaikan menggantikan keburukan di kota
Mekkah. []
No comments:
Post a Comment